BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Sistem drainase merupakan salah satu cara pembuangan air
yang berlebihan pada suatu tempat atau kawasan. Secara umum, sistem drainase
didefinisikan sebagai serangkaian bangunan air yang berfungsi untuk mengurangi
atau membuang kelebihan air dari suatu kawasan atau lahan, sehingga dapat
difungsikan secara optimal. Dari sudut pandang lain, sistem drainase adalah
salah satu unsur dari prasarana umum yang dibutuhkan oleh masyarakat kota dalam
rangka menuju kehidupan kota yang aman, nyaman, bersih, dan sehat. Prasarana
drainase berfungsi mengalirkan air ke tempat pembuangan air atau resapan air,
selain itu juga berfungsi sebagai pengendali kebutuhan air dengan tindakan
untuk memperbaiki daerah rawan banjir atau daerah genangan air yang secara
berlebihan.
Sistem drainase juga dirancang sebagai suatu sistem guna
membantu memenuhi kebutuhan masyarakat akan terbatasnya dari masalah banjir
yang menggangu aktifitas dan rutinitas masyarakat kota sehari-harinya. Sistem
drainase juga merupakan komponen penting dalam perancangan kota (perancangan
infrastruktur khususnya).
1.2. Identifikasi Masalah
a.
Bagaimana seluk beluk sistem
drainase?
b. Apa saja konsep penanganan sistem drainase?
c. Bagaimana sistem
drainase berwawasan lingkungan?
d.
Mengapa sistem drainase penting untuk kawasan perkotaan?
1.3. Tujuan
a.
Mengerti seluk beluk sistem drainase.
b.
Mengetahui konsep penanganan sistem
drainase.
c.
Memahami sistem drainase berwawasan
lingkungan.
d.
Mengetahui mengapa sistem drainase
pernting untuk kawasan perkotaan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Seluk Beluk
Sistem Drainase
2.1.1.
Pengertian Sistem Drainase
Drainase adalah lengkungan atau saluran air di permukaan atau di bawah
tanah, baik yang terbentuk secara alami maupun dibuat oleh manusia.
Drainase yang berasal dari bahasa
Inggris drainase mempunyai arti mengalirkan, menguras, membuang, atau
mengalihkan air. Dalam bidang teknik sipil, drainase secara umum dapat
didefinisikan sebagai suatu tindakan teknis untuk mengurangi kelebihan air,
baik yang berasal dari air hujan, rembesan, maupun kelebihan air irigasi dari
suatu kawasan/lahan, sehingga fungsi kawasan/lahan tidak terganggu. Drainase
dapat juga diartikan sebagai usaha untuk mengontrol kualitas air tanah dalam
kaitannya dengan salinitas. Dalam bahasa Indonesia,
drainase bisa merujuk pada parit di permukaan tanah atau gorong-gorong di bawah tanah. Jadi, drainase
menyangkut tidak hanya air permukaan tapi juga air tanah.
ü
Drainase merupakan salah satu
fasilitas dasar yang dirancang sebagai sistem guna memenuhi kebutuhan
masyarakat dan merupakan kompenen penting dalam perencanaan kota(perencanaan
infrastruktur khususnya).
ü Drainase juga dapat diartikan sebagai usaha untuk mengontrol kualitas air
tanah dalam kaitannya dengan salinitas, dimana drainase merupakan salah satu
cara pembuangan kelebihan air yang tidak di inginkan pada suatu daerah, serta
cara-cara penaggulangan akibat yang ditimbulkan oleh kelebihan air tersebut.
ü
Dari sudut pandang yang lain,
drainase adalah salah satu unsur dari perasana umum yang dibutuhkan masyarakat
kota dalam rangka menuju kehidupan kota yang aman, nyaman, bersih, dan sehat.
2.1.2. Fungsi Drainase
Fungsi dari drainase adalah :
1.
Membebaskan suatu
wilayah (terutama yang padat pemukiman ) dari genangan air atau banjir.
2.
Apabila air dapat
mengalir dengan lancar maka drainase juga berfungsi memperkecil resiko
kesehatan lingkungan , bebas dari malaria (nyamuk) dan penyakit lainnya.
3.
Drainase juga dipakai
untuk pembuangan air rumah tangga.
4.
Untuk mengurangi kelebihan air dari
suatu kawasan atau lahan, sehigga lahan dapat difungsikan secara optimal.
5.
Sebagai pengendali air kepermukaan
dengan tindakan untuk memperbaiki daerah becek, genangan air/banjir.
6.
Menurunkan permukaan air tanah pada
tingkat yang ideal.
7.
Mengendalikan erosi tanah, kerusakan
jalan dan bangunan yang ada.
8.
Mengendalikan air hujan yang
berlebihan sehinga tidak terjadi bencana banjir.
9.
Mengeringkan daerah
becek dan genangan air sehingga tidak ada akumulasi air tana
10. Menurunkan permukaan air tanah pada tingkat yang ideal
11. Mengendalikan erosi tanah, kerusakan jalan dan bangunan yang
ada.
12. Mengendalikan air hujan yang berlebihan sehingga tidak
terjadi bencana banjir.
2.1.3.
Jenis Drainase
a. Menurut Sejarah Terbentuknya
1) Drainase Alamiah ( Natural Drainase )
Drainase
yang terbentuk secara alami dan tidak terdapat bangunan-bangunan penunjang
seperti bangunan pelimpah, pasangan batu/beton, gorong-gorong dan lain-lain.
Saluran ini terbentuk oleh gerusan air yang bergerak karena grafitasi yang
lambat laun membentuk jalan air yang permanen seperti sungai.
2) Drainase Buatan ( Arficial Drainage )
Drainase
yang dibuat dengan maksud dan tujuan tertentu sehingga memerlukan bangunan-bangunan
khusus seperti selokan pasangan batu/beton, gorong-gorong, pipa-pipa dan
sebagainya.
b. Menurut Letak Bangunan
1) Drainase Permukaan Tanah (Surface Drainage)
Saluran
drainase yang berada di atas permukaan tanah yang berfungsi mengalirkan air
limpasan permukaan. Analisa alirannya merupakan analisa open chanel flow.
2) Drainase Bawah Permukaan Tanah ( Subsurface Drainage )
Saluran
drainase yang bertujuan mengalirkan air limpasan permukaan melalui media
dibawah permukaan tanah (pipa-pipa), dikarenakan alasan-alasan tertentu. Alasan
itu antara lain Tuntutan artistik, tuntutan fungsi permukaan tanah yang tidak
membolehkan adanya saluran di permukaan tanah seperti lapangan sepak bola,
lapangan terbang, taman dan lain-lain.
c. Menurut Fungsi
1) Single Purpose, yaitu saluran yang berfungsi
mengalirkan satu jenis air buangan, misalnya air hujan saja atau jenis air
buangan yang lainnya seperti limbah domestik, air limbah industri dan lain –
lain.
2) Multi Purpose, yaitu saluran yang berfungsi
mengalirkan beberapa jenis air buangan baik secara bercampur maupun bergantian.
d. Menurut Konstruksi
1) Saluran Terbuka, yaitu saluran yang lebih cocok untuk
drainase air hujan yang terletak di daerah yang mempunyai luasan yang cukup,
ataupun untuk drainase air non-hujan yang tidak membahayakan kesehatan/mengganggu
lingkungan.
2) Saluran Tertutup, yaitu saluran yang pada umumnya
sering dipakai untuk aliran kotor (air yang mengganggu kesehatan/lingkungan)
atau untuk saluran yang terletak di kota/permukiman.
gambar 1. Dranaise Buatan
e.
Menurut Asalnya
Menurut asalnya drainase dibedakan menjadi
saluran alam (natural) dan saluran buatan (artificial).
f.
Menurut Letak Saluran
1) Drainase Permukaan
a) Drainase Memanjang
b) Drainase Melintang
2) Drainase Bawah Permukaan
Drainase bawah permukaan mempunyai
fungsi utama yaitu untuk menampung dan membuang air yang masuk ke dalam strukur
jalan, sehingga tidak sampai menimbulkan kerusakan pada jala.
g.
Jenis Lainnya
1)
Land dan smoothing
Land grading (mengatur tahap
kemiringan lahan) dan Land smoothing (Penghalusan permukaan lahan) diperlukan
pada areal lahan untuk menjamin kemiringan yang berkelanjutan secara sistematis
yang dibutuhkan untuk penerapan saluran drainase permukaan
Untuk efektifitas yang tinggi,
pekerjaan land grading harus dilakukan secara teliti. ketidakseragaman dalam
pengolahan lahan dan areal yang memiliki cekungan merupakan tempat aliran
permukaan (runoff) berkumpul, harus dihilangkan dengan bantuan peralatan
pengukuran tanah
Pada tanah cekungan, air yang tak berguna dialirkan secara
sistematis melalui:
a.
Saluran/parit (terbuka)
yang disebut sebagai saluran acak yang dangkal (shallow random field drains).
b.
Dari shallow random
field ditch air di alirkan lateral outlet ditch.
c.
Selanjutnya diteruskan
kesaluran pembuangan utama (Main Outlet ditch)
Outlet ditch: umumnya saluran pembuangan lateral dibuat 15 –
30 cm lebih dalam dari saluran pembuangan acak dangkal.
Overfall : jatuh air dari saluran pembuangan lateral ke
saluran pembuangan utama dibuat pada tingkat yang tidak menimbulkan erosi, bila
tidak memungkinkan harus dibuat pintu air, drop spillway atau pipa
2)
Drainase acak (Random Field Drains)
Di bawah ini merupakan gambar yang
menunjukan pengelolaan untuk mengatasi masalah cekungan dan lubang – lubang
tempat berkumpulnya air. Lokasi dan arah dari saluran drainase disesuaikan
dengan kondisi tofografi lahan. Kemiringan lahan biasanya diusahakan sedatar
mungkin, hal ini untuk memudahkan peralatan traktor pengolah tanah dapat
beroperasi tanpa merusak saluran yang telah dibuat. Erosi yang terjadi pada
kondisi lahan seperti diatas, biasanya tidak menjadi masalah karena kemiringan
yang relatif datar. Tanah bekas penggalian saluran, disebarkan pada bagian
cekungan atau lubang – lubang tanah, untuk mengurangi kedalaman saluran
drainase.
3)
Drainase Paralel (Parallel Field Drains)
Drainase ini digunakan pada tanah
yang relative datar dengan kemiringan kurang dari 1%-2%, system saluran
drainase parallel bisa digunakan. System drainase ini dikenal
sebagai system bedengan. Saluran drainase dibuat secara parallel, kadang kala
jarak antara saluran tidak sama. Hal ini tergantung dari panjang dari barisan
saluran drainase untuk jenis tanah pada lahan tersebut, jarak dan jumlah dari
tanah yang harus dipindahkan dalam pembuatan barisan saluran drainase, dan
panjang maksimum kemiringan lahan terhadap saluran (200 meter). Keuntungan dari
system saluran drainase parallel, pada lahan terdapat cukup banyak saluran
drainase. Tanaman dilahan dalam alur, tegak lurus terhadap saluran drainase
paralel. Jumlah populasi tanaman pada lahan akan berkurang dikarenakan adanya
saluran paralel. Sehingga bila dibandingkan dengan land grading dan smoothing,
hasil produksi akan lebih sedikit. Penambahan jarak antara saluran paralel,
akan menimbulkan kerugian pada sistem bedding, karena jarak yang lebar
menimbulkan kerugian pada sistem bedding, karena jarak yang lebar membutuhkan
saluran drainase yang lebih besar dan dalam. Bila lebar bedding 400 m, maka
aliran akan dibagi dua agar lebar bedding tidak lebih dari 200 m. Pada bedding
yang lebar, harus dibarengi dengan land grading dan smoothing. Pada tanah
gambut, saluran drainase paralel dengan side slope yang curam digunakan adalah
1 meter. Pada daerah ini biasa dilengkapi dengan bangunan pengambilan dan
pompa, bangunan pintu air berfungsi untuk mengalirkan air drainase pada
musim hujan.
4)
Drainase Mole
Drainase mole biasa disebut dengan
lubang tikus berupa saluran bulat yang konstruksinya tanpa dilindungi sama
sekali, pembuatannya tanpa harus menggali tanah, cukup dengan menarik (dengan
traktor) bantukan baja bulat yang disebut mol yang dipasang pada alat seperti
bajak dilapisan tanah subsoil pada kedalaman dangkal. Pada bagian belakang alat
mole biasanya disertakan alat expander yang gunanya untuk memperbesar dan
memperkuat bentuk lubang
Tidak semua daerah terdapat usaha-usaha pertanian atau
perkebunan memerlukan irigasi. Irigasi biasanya diperlukan pada daerah-daerah
pertanian dimana terdapat satu atau kombinasi dari keadaan-keadaan berikut :
a.
Curah hujan total tidak
cukup untuk memenuhi kebutuhan tanaman akan air.
b.
Meskipun hujan cukup,
tetapi tidak terdistribusi secara baik sepanjang tahun.
c.
Terdapat keperluan
untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas hasil pertanian yang dapat dicapai
melalui irigasi secara layak dilaksanakan baik ditinjau dari segi teknis,
ekonomis maupun sosial.
2.1.4. Pola
Jaringan Drainase
a. Siku
Dibuat
pada daerah yang mempunyai topografi sedikit lebih tinggi dari pada sungai.
Sungai sebagai saluran pembuang akhir berada akhir berada di tengah kota.
b. Pararel
Saluran
utama terletak sejajar dengan saluran cabang. Dengan saluran cabang (sekunder)
yang cukup banyak dan pendek-pendek, apabila terjadi perkembangan kota,
saluran-saluran akan dapat menyesuaikan diri.
c. Grid Iron
Untuk
daerah dimana sungainya terletak di pinggir kota, sehingga saluran-saluran
cabang dikumpulkan dulu pada saluran pengumpulan.
d. Alamiah
Sama seperti
pola siku, hanya beban sungai pada pola alamiah lebih besar
e. Radial
Pada
daerah berbukit, sehingga pola saluran memencar ke segala arah.
2.1.5. Sistem Jaringan Drainase
System jaringan drainase di dalam
wilayah kota di bagi atas 2 bagian yaitu: drainase major dan drainase minor.
Konfigurasi system drainase secara umum dapat ilihat gambar berikut ini:
a.
Sistem Drainase Mayor
(utama)
System drainase mayor adalah system
saluran/badan air yang menampun dan mengalirkan air dari suatu daerah tangkapan
air hujan (catchment area). System drainase mayor ini disebut juga sebagai
system saluran pembuangan utama. System ini merupakan penghubung antara
drainase dan pengendalian banjir. Debit rencananya dipakai untuk system
drainase ini periode ulang lebih antara 5 sampai 10 tahun. Sedangkan untuk
pengendalian banjir di Indonesia mengingat keterbatasan dana untu sungai –
sungai besar dipakai periode ulang antara 25 sampai 50 tahun. System mayor
biasanya meliputi saluran drainase primer dan sekunder.
b.
Sistem Drainase Mikro
System drainase mikro adalah system
saluran dan bangunan pelengkap drainase yang menampung dan mengalirkan air dari
daerah tangkapan hujan dimana sebagian besar di dalam wilayah kota. Secara
keseluruhan yang termasuk dalam system drainase mikro adalah saluran di
sepanjang sisi jalan saluran/selokan air hujan di sekitar bangunan, gorong –
gorong, saluran drainase kota dan lain sebagainya dimana debit air yang dapat
ditampungnya tidak terlalu besar.
Pada umumnya drainase mikro ini
direncanakan untuk hujan dengan masa kala ulang 2 dan 5 tahun tergantun pada
tata guna tanah yang ada. System drainase untuk lingkungan pemukiman lebih
cenderung sebagai system drainase mikro. System mikro biasanya meliputi saluran
drainase tersier dan kuarter.
|
Konfigurasi Sistem Drainase Perkotaan
(Grigg, 1996 dengan modifikasi)
|
2.1.6. Perencanaan Sistem Drainase
Arahan dalam pelaksanaan penyediaan sistem drainase adalah
:
a.
Harus dapat diatasi dengan biaya
ekonomis.
b.
Pelaksanaannya tidak menimbulkan
dampak sosial yang berat.
c.
Dapat dilaksanakan dengan teknologi
sederhana.
d.
Memanfaatkan semaksimal mungkin
saluran yang ada.
e.
Jaringan drainase harus mudah
pengoperasian dan pemeliharannya
f.
Mengalirkan air hujan ke badan sungai
yang terdekat.
Macam saluran untuk pembuangan air
dapat dibedakan menjadi :
a.
Saluran Air Tertutup
1) Drainase Bawah Tanah Tertutup, yaitu
saluran yang menerima air limpasan dari daerah yang diperkeras maupun yang
tidak diperkeras dan membawanya ke sebuah pipa keluar di sisi tapak (saluran
permukaan atau sungai), ke sistem drainase kota.
2)
Drainase Bawah Tanah Tertutup dengan
tempat penampungan pada tapak, dimana drainase ini mampu menampung air limpasan
dengan volume dan kecepatan yang meningkat tanpa menyebabkan erosi dan
kerusakan pada tapak.
b.
Saluran Air Terbuka
Merupakan saluran yang mengalirkan
air dengan suatu permukaan bebas. Pada saluran air terbuka ini jika ada sampah
yang menyumbat dapat dengan mudah untuk dibersihkan, namun bau yang ditimbulkan
dapat mengurangi kenyamanan. Menurut asalnya, saluran dibedakan menjadi :
1)
Saluran Alam, meliputi selokan kecil,
kali, sungai kecil dan sungai besar sampai saluran terbuka alamiah.
2)
Saluran Buatan ,seperti saluran
pelayaran, irigasi, parit pembuangan, dan lain-lain. Saluran terbuka buatan
mempunyai istilah yang berbeda-beda antara lain :
a)
Saluran (canal) : biasanya panjang
dan merupakan selokan landai yang dibuat di tanah, dapat dilapisi pasangan
batu/tidak atau beton, semen, kayu maupu aspal.
b)
Talang (flume) : merupakan selokan
dari kayu, logam, beton/pasangan batu, biasanya disangga/terletak di atas
permukaan tanah, untuk mengalirkan air berdasarkan perbedaan tinggi tekan.
c)
Got miring (chute) : selokan yang
curam.
d)
Terjunan (drop) : seperti got miring
dimana perubahan tinggi air terjadi dalam jangka pendek.
e)
Gorong-gorong (culvert) : saluran
tertutup (pendek) yang mengalirkan air melewati jalan raya, jalan kereta api,
atau timbunan lainnya.
f)
Terowongan Air Terbuka (open-flow
tunnel) : selokan tertutup yang cukup panjang, dipakai untuk mengalirkan air
menembus bukit/gundukkan tanah.
2.2. Konsep Penanganan
Sistem Drainase
a.
Konsep
pemecahan masalah drainase jangka pendek
1)
Memperbaiki fungsi pelayanan drainase
pusat kota yang ada dengan pembangunan saluran baru, rehabilitasi
saluran, pemeliharaan saluran.
2)
Menghindari penggunaan saluran
drainase yang ditengarai dapat merusak fungsi saluran, seperti penggunaan
saluran drainase sebagai tempat pembuangan sampah dan pendirian bangunan
di atasnya.
3)
Melakukan normalisasi atau
meningkatkan kapasitas saluran yang ada di sistem drainase lokal.
4)
Untuk daerah genangan yang tidak memungkinkan
untuk didrain, direncanakan sebagai kolam penampungan dengan pola defensi
(menampung air sementara), misalnya dengan membuat kolam penampungan.
5)
Untuk daerah yang mempunyai topografi
lebih tinggi dibuat kolam dengan pola retensi (meresapkan), seperti
pembuatan sumur resapan.
6)
Melakukan normalisasi atau
meningkatkan kapasitas saluran yang ada di sistem drainase utama dan
pengendalian banjir.
7)
Untuk daerah pantai yang sering
terjadi back water akibat air pasang dari laut, dibuat sistem drainase dengan
sistem polder yang berfungsi untuk menampung air sementara ketika muka
air laut lebih tinggi dari muka air yang ada di saluran drainase (muka
air laut pasang), dan selanjutnya memompa air yang ada pada polder untuk
dibuang ke saluran yang ada di hilirnya untuk menuju ke laut. Pada
bangunan polder ini dilengkapi pintu air, sehingga ketika muka
air laut lebih rendah dari muka air di saluran drainase maka pintu air
dibuka dengan tujuan untuk mengalirkan air drainase secara
grafitasi ke laut.
b.
Konsep pemecahan
masalah drainase jangka menengah
1)
Penyusunan atau merevisi master plan
drainase kota.
2)
Penyusunan PERDA Drainase kota.
c.
Konsep
pemecahan masalah drainase jangka panjang
1)
Pengaturan dan penataan sungai
sebagai sistem drainase utama.
2)
Pelestarian daerah aliran sungai,
sehingga mempunyai kualitas lingkungan yang lebih bagus.
3)
Perlunya perencanaan dan pembangunan
waduk, salah satunya yaitu waduk benda yang berfungsi sebagai pengendali
banjir pada musim hujan dan untuk menjaga ketersediaan sumber air pada musim
kemarau.
2.3. Sistem Drainase Berwawasan Lingkungan
Drainase didefinisikan sebagai pembuangan air permukaan, baik
secara gravitasi maupun dengan pompa dengan tujuan untuk mencegah terjadinya
genangan, menjaga dan menurunkan permukaan air sehingga genangan air dapat
dihindarkan. Drainase perkotaan berfungsi mengendalikan kelebihan air permukaan
sehingga tidak merugikan masyarakat dan dapat memberikan manfaat bagi kehidupan
manusia. Kelebihan air tersebut dapat berupa air hujan, air limbah domestik maupun
air limbah industri. Oleh karena itu drainase perkotaan harus terpadu dengan
sanitasi, sampah, pengendali banjir kota dan lainnya.
Pengembangan permukiman di perkotaan yang demikian pesatnya
justru makin mengurangi daerah resapan air hujan karena luas daerah yang
ditutupi oleh perkerasan semakin meningkat dan waktu berkumpulnya air (time of
concentration) pun menjadi jauh lebih pendek sehingga pada akhirnya akumulasi
air hujan yang terkumpul melampaui kapasitas drainase yang ada. Banyak kawasan rendah
yang semula berfungsi sebagai tempat parkir air (retarding pond) dan bantaran
sungai kini menjadi tempat hunian. Kondisi ini akhirnya akan meningkatkan
volume air permukaan yang masuk ke saluran drainase dan sungai. Hal ini dapat
dilihat dari air yang meluap dari saluran drainase, baik di perkotaan maupun di
permukiman, yang menimbulkan genangan air atau bahkan banjir. Hal itu terjadi
karena selama ini drainase difungsikan untuk mengalirkan air hujan yang berupa
limpasan (run-off) secepat-cepatnya ke penerima air/badan air terdekat.
Untuk mengatasi permasalahan infrastruktur tersebut
diperlukan sistem drainase yang berwawasan lingkungan dengan prinsip dasar
mengendalikan kelebihan air permukaan sehingga dapat dialirkan secara
terkendali dan lebih banyak memiliki kesempatan untuk meresap ke dalam tanah.
Hal ini dimaksudkan agar konservasi air tanah dapat berlangsung dengan baik dan
dimensi struktur bangunan sarana drainase dapat lebih efisien. Menurut Dr. Ing. Ir. Agus
Maryono dari Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, pengelolaan drainase secara
terpadu berwawasan lingkungan merupakan rangkaian usaha dari sumber (hulu)
sampai muara (hilir) untuk membuang/mengalirkan hujan kelebihan melalui saluran
drainase dan atau sungai ke badan air (pantai/laut, danau, situ, waduk, dan
bozem) dengan waktu seoptimal mungkin sehingga tidak menyebabkan terjadinya
masalah kesehatan dan banjir di dataran banjir yang dilalui oleh saluran dan
atau sungai tersebut (akibat kenaikan debit puncak dan pemendekan waktu
mencapai debit puncak). Berbeda dengan prinsip lama, yaitu mengalirkan limpasan
air hujan ke badan air penerima secepatnya, drainase berwawasan lingkungan
bekerja dengan berupaya memperlambat aliran limpasan air hujan.
Prinsipnya, air hujan yang jatuh ditahan dulu agar lebih
banyak yang meresap ke dalam tanah melalui bangunan resapan, baik buatan maupun
alamiah seperti kolam tandon, sumur-sumur resapan, biopori, dan lain-lain. Hal
ini dilakukan mengingat semakin minimnya persediaan air tanah dan tingginya
tingkat pengambilan air. Pengembangan prasarana dan sarana drainase berwawasan
lingkungan ditujukan untuk mengelola limpasan permukaan dengan cara
mengembangkan fasilitas untuk menahan air hujan sesuai dengan kaidah konservasi
dan keseimbangan lingkungan. Konsep inilah yang ingin mengubah paradigma lama
dalam pembangunan drainase khususnya di perkotaan.
Pelestarian prasarana dan sarana drainase mandiri berbasis
masyarakat sangat bergantung pada kemauan dan kemampuan masyarakat dalam
mengoperasikan, memanfaatkan, dan memelihara prasarana dan sarana yang ada.
Secara umum aspek yang perlu diperhatikan dalam pelestarian adalah pengelolaan
prasarana dan sarana serta penyuluhan dan pedoman pemeliharaan yang
mengedepankan partisipasi masyarakat. Masyakarat dapat berperan dan berpartisipasi
dalam setiap tahapan perencanaan, pembangunan, operasional dan pemeliharaan
sistem jaringan drainase melalui beberapa tahap, antara lain:
a.
Tahap Survei dan Investigasi: masyarakat dapat memberikan
informasi calon lokasi yang akan dibangun dan kondisi setempat seperti
kelayakan dari segi teknis dan ekonomi.
b.
Tahap Perencanaan: masyarakat dapat ikut serta dalam
persetujuan, kesepakatan dan penggunaan dari perencanaan yang telah dibuat.
c.
Tahap Pembebasan Lahan: masyarakat memberi kemudahan dan
memperlancar proses pembebasan lahan apabila lahan masyarakat terkena dampak
pembangunan.
d.
Tahap Pembangunan: masyarakat dapat ikut serta dalam
pengawasan dan terlibat dalam pelaksanaan sesuai dengan kapasitas dan
kemampuan.
e.
Tahap Operasi dan Pemeliharaan: masyarakat ikut serta aktif
dalam pemeliharan dan pengoperasian, melaporkan jika ada kerusakan.
f.
Tahap Monitoring dan Evaluasi: masyarakat dapat memberikan
data yang benar dan nyata sesuai dengan kondisi eksisting di lapangan terkait
segala sesuatu yang berhubungan dengan pelaksanaan proyek serta dampak yang
ditimbulkannya.
Cara paling efektif agar drainase berwawasan lingkungan ini
dapat berkelanjutan adalah peran serta masyarakat untuk ikut aktif di dalam
penerapan pelestarian air tanah karena jika persediaan air tanah habis,
merekalah yang paling merasakan akibatnya. Masyarakat dapat berperan aktif
untuk ikut menabung air melalui kolam tandon penampung air hujan, berupa
reservoir bawah tanah maupun dengan tangki penampung yang berfungsi menampung
dan mengalirkan air hujan yang jatuh dari permukaan tanah, bangunan, juga atap
rumah.
Sumur Resapan, Solusi Termurah
Sumur resapan adalah salah satu solusi murah dan cepat untuk
masalah banjir. Umumnya sumur resapan berbentuk bundar dengan diameter minimal
1 meter. Lubang galian sebelah atas sampai lapisan tanah relatif keras dan
bersemen agar dilindungi dengan bidang penahanan longsoran dinding sumur (bisa
dari bambu, pasangan bata, base beton atau drum). Kedalaman sumur resapan
relatif tergantung kondisi formasi batuan dan muka air tanah. Untuk daerah yang
muka air tanahnya dalam, kedalaman sumur resapan dapat dibuat hingga mencapai 5
meter.
Idealnya dalam perencanaan drainase di suatu wilayah perlu
direncanakan adanya sumur resapan sehingga dimensi saluran drainase dapat lebih
diminimalkan. Untuk hasil yang lebih maksimal, penggunaan sumur resapan dapat
divariasikan dengan bangunan drainase lainnya seperti kolam resapan. Upaya ini
akan berdampak besar bila semua masyarakat sadar dan mau menerapkannya.
Peran sumur resapan tentu tidak akan berarti bila hanya
beberapa rumah yang menerapkannya. Bayangkan, bila setiap rumah memiliki sumur
resapan yang masing-masing mampu meresapkan air hujan sejumlah satu meter kubik
dan satu kawasan terdapat sepuluh ribu rumah maka akan didapatkan sepuluh ribu
meter kubik air yang dapat meresap ke tanah. Kawasan tersebut dapat mengurangi
limpasan permukaan yang akan membebani saluran drainase di hilir dan mampu
mengurangi masalah kekeringan pada musim kemarau karena pada musim penghujan,
mereka telah menabung air.
2.4 Pentingnya Drainase di
Kawasan Perkotaan
Saat ini sistem drainase sudah
menjadi salah satu infrastruktur perkotaan yang sangat penting. Kualitas
manajemen suatu kota dapat dilihat dari kualitas sistem drainase yang ada.
Sistem drainase yang baik dapat membebaskan kota dari genangan air. Genangan
air menyebabkan lingkungan menjadi kotor dan jorok, menjadi sarang nyamuk, dan
sumber penyakit lainnya, sehingga dapat menurunkan kualitas lingkungan, dan
kesehatan masyarakat.
Dari sudut pandang yang lain,
drainase adalah salah satu unsur dari prasarana umum yang dibutuhkan masyarakat
kota dalam rangka menuju kehidupan kota yang aman, nyaman, bersih, dan sehat.
Prasarana drainase disini berfungsi untuk mengalirkan air permukaan ke badan air
(sumber air permukaan dan bawah permkaantanah) dan atau bangunan resapan.
Selain itu juga berfungsi sebagai pengendali kebutuhan air permukaan dengan
tindakan untuk memperbaiki daerah becek, genangan air dan banjir.
Sebagai salah satu sistem dalam
perencanaan perkotaan, maka sistem drainase yang ada dikenal dengan istilah
sistem drainase perkotaan. Drainase perkotaan didefinisikan sebagai ilmu
drainase yang mengkhususkan pengkajian pada kawasan perkotaan yang erat
kaitannya dengan kondisi lingkungan sosial-budaya yang ada di kawasan kota.
Drainase perkotaan merupakan sistem
pengeringan dan pengaliran air dari
wilayah yang meliputi:
a. Permukiman.
b. Kawasan industri dan perdagangan.
c. Kampus dan sekolah.
d. Rumah sakit dan fasilitas umum.
e. Lapangan olahraga.
f. Lapangan parkir.
g. Instalasi militer, listrik, dan telekomunikasi.
h. Pelabuhan udara.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Kota merupakan tempat bagi banyak orang untuk melakukan berbagai
aktivitas, maka untuk menjamin kesehatan dan kenyamanan penduduknya harus ada
sanitasi yang memadai, misalnya drainase. Dengan adanya drainase tersebut
genangan air hujan dapat disalurkan sehingga banjir dapat dihindari dan tidak
akan menimbulkan dampak ganguan kesehatan pada masyarakat serta aktivitas
masyarakat tidak akan terganggu.
Drainase merupakan suatu sistem untuk menyalurkan air hujan. Sistem ini
mempunyai peranan yang sangat penting dalam menciptakan lingkungan yang sehat,
apalagi di daerah yang berpenduduk padat seperti di perkotaan. Drainase juga
merupakan salah satu fasilitas dasar yang dirancang sebagai sistem guna
memenuhi kebutuhan masyarakat dan merupakan komponen penting dalam perencanaan
kota (perencanaan infrastruktur khususnya). Secara umum, drainase didefinisikan
sebagai serangkaian bangunan air yang berfungsi untuk mengurangi dan/atau
membuang kelebihan air dari suatu kawasan atau lahan, sehingga lahan dapat
difungsikan secara optimal.
Dari sudut pandang yang lain, drainase adalah
salah satu unsur dari prasarana umum yang dibutuhkan masyarakat kota dalam
rangka menuju kehidupan kota yang aman, nyaman, bersih, dan sehat. Prasarana
drainase disini berfungsi untuk mengalirkan air permukaan ke badan air (sumber
air permukaan dan bawah permkaantanah) dan atau bangunan resapan. Selain itu
juga berfungsi sebagai pengendali kebutuhan air permukaan dengan tindakan untuk
memperbaiki daerah becek, genangan air dan banjir.
3.2. Saran
Bencana banjir merupakan kejadian alam yang dapat terjadi
setiap saat dan sering mengakibatkan kerugian jiwa, harta dan benda. Kerugian
akibat banjir adalah perhitungan kerusakan bangunan, kehilangan barang
berharga, hingga opportunity cost saat semua orang tidak bisa
masuk kerja dan sekolah. Banjir tidak dapat dicegah, namun hanya dapat
dikendalikan dan dikurangi dampak kerugian yang diakibatkannya. Berhubung
datangnya relatif cepat, untuk mengurangi kerugian akibat bencana tersebut
perlu dipersiapkan penanganan secara cepat dan tepat.
1 komentar:
Merkur 3 Safety Razor (5 Piece) - Deccasino
It's not much different than the Merkur 메리트카지노총판 3, but the Merkur 23c is a 메리트카지노 great all-around safety razor. 카지노사이트 The longer handle is shorter than the Merkur 34c.
Posting Komentar